Kisah Perjuangan Pendiri Blue Bird dia Adalah Mutiara Siti Fatimah Djokosoetono
Penduduk DKI jakarta tidak asing lagi dengan alat stransportasi umum yang satu ini, ia apa lagi kalau bukan taksi. Taksi menjadi alat transportasi yang sudah memiliki pelanggan setianya. Masyarakat dari kalangan menengah ke atas biasanya memilih kendaraan ini sebagai kendaraan umum andalan dalam waktu tertentu.
Blue Bird menjadi perusahaan taksi terbesar di Indonesia, dengan ribuan armadanya serta jangkauan yang luas. Menjadi bukti eksistensi dari kesusksesan besar perusahaan ini. Tapi taukah Anda sipa pendiri pertama perusahaan Blue Bird Taxi?
Saat ini mungkin Blue Bird Taxi bisa disebut sebagai salah satu perusahaan taksi yang terbesar di Indonesia. Dengan ribuan armada serta jangkauan yang luas, menjadi bukti eksistensi serta kesuksesan besar perusahaan tersebut. Namun apakah anda tahu siapa pendiri pertama kali perusahaan Blue Bird Taxi?
Blue Bird menjadi perusahaan taksi terbesar di Indonesia, dengan ribuan armadanya serta jangkauan yang luas. Menjadi bukti eksistensi dari kesusksesan besar perusahaan ini. Tapi taukah Anda sipa pendiri pertama perusahaan Blue Bird Taxi?
Saat ini mungkin Blue Bird Taxi bisa disebut sebagai salah satu perusahaan taksi yang terbesar di Indonesia. Dengan ribuan armada serta jangkauan yang luas, menjadi bukti eksistensi serta kesuksesan besar perusahaan tersebut. Namun apakah anda tahu siapa pendiri pertama kali perusahaan Blue Bird Taxi?
Pendiri Blue Bird
Mutiara Siti Fatimah Djokosoetono adalah pendiri pertama perusahaan Blue Bird. Sososk wanita tangguh ini di lahirkan di kota Malang pada 17 Oktober 1923. Kesuksesannya di bidang bisnis adalah buah dari kerja keras dan perjuangan dalam meniti kariernya semasa hidup. Menetap selama belasan tahun untuk menuntut ilmu di kota Malang hingga menyelesaikan SMA, beliau memutuskan untuk mengakhiri masa lajangnnya dan menikah dengan Prof. Djokosoetono.
Perjuangan dalam lehidupan seorang Mutiara du mulai dari sang suami meninggal dunia. Sebuah kendaraan bemo menkadi bekal awalnya yang di wariskan oleh alm. Suaminnya, Chandra Soeharto sang putra sulung menjadi tulang punggung keluarga dengan menjadi pengemudi bemo peninggalan ayahnya. Sedangkan sang adik, Purnomo belum mempunyai surat izin mengemudi tak lantas membuatnya berdiam diri, di bertugas menjadi kondektur bemo yang di bawa oleh sang kakak.
Menjadi Awal Chandra Taksi
Pada tahun 1965 Mutiara mendapatkan hadian yang di berikan oleh tentara dan polisi karena mengenang jasa-jasa suaminya yang besar semasa hidup. Menjadi awal dari usaha yang di gelutinya yaitu menyediakan jasa taksi. Di karenakan Chandra adalah anak yang selalu membawa kendaraan bemo, maka banyak pelanggan yang mengenal usaha taksi keluarga Djokosoetono dengan nama Chandra Taksi.
Chandra Taksi menjadi satu-satunya penopang ekonomi keluarga Mutiara. Perjuangan agar mendapatkan izin usaha resmi ternyata tidak lah semulus yang dibayangkan. Karena dianggap belum berpengalaman dan memenuhi syarat, izin untuk mendirikan perusahaan taksi pun tidak dapat dikeluarkan.
Namun, Mutiara yang tak kehabisan akal akhirnya meminta para pelanggan setia Chandra Taksi untuk merekomendasikan layanan Chandra Taksi. Akhirnya, enam tahun setelah Chandra Taksi beroperasi tepatnya pada tahun 1971, Mutiara berhasil mendapatkan izin perusahaan taksi ketika Jakarta dipimpin oleh Ali Sadikin yang pada saat itu ditunjuk oleh Presiden Soekarno menjadi Gubernur Jakarta pada tahun 1966.
Chandra Taksi menjadi satu-satunya penopang ekonomi keluarga Mutiara. Perjuangan agar mendapatkan izin usaha resmi ternyata tidak lah semulus yang dibayangkan. Karena dianggap belum berpengalaman dan memenuhi syarat, izin untuk mendirikan perusahaan taksi pun tidak dapat dikeluarkan.
Namun, Mutiara yang tak kehabisan akal akhirnya meminta para pelanggan setia Chandra Taksi untuk merekomendasikan layanan Chandra Taksi. Akhirnya, enam tahun setelah Chandra Taksi beroperasi tepatnya pada tahun 1971, Mutiara berhasil mendapatkan izin perusahaan taksi ketika Jakarta dipimpin oleh Ali Sadikin yang pada saat itu ditunjuk oleh Presiden Soekarno menjadi Gubernur Jakarta pada tahun 1966.
Mutiara Siti Fatimah Djokosoetono dan Nama Blue Bird
Setelah mendapatkan izin untuk mendirikan perusahaan taksi, nama Blue Bird kemudian dipilih oleh Mutiara untuk menggantikan nama brand Chandra Taksi yang sudah lama digunakannya. Penamaan “Blue Bird” tak lepas dari sebuah filosofi khusus yang begitu merbekas di benak Mutiara. Blue Bird atau burung biru, adalah sebuah dongeng terkenal dari tanah Eropa yang pernah didengar kisahnya oleh Mutiara ketika ia tinggal di Belanda. Dongeng tersebut mengisahkan tentang sang burung biru yang menasehati seorang gadis, bahwa semua keinginan dapat dicapai melalui kerja keras dan kejujuran. Pesan moral dalam dongeng tersebut akhirnya menyentuh hati Mutiara dan membuatnya memutuskan untuk memakai nama Blue Bird sebagai brand untuk usaha taksinya.
Kini Blue Bird telah dikenal sebagai salah satu bisnis transportasi yang sukses di Indonesia. Blue Bird menjadi brand taksi pertama yang menggunakan sistem argometer dan radio komunikasi pada kendaraan ber-AC. Bukan hanya itu, Blue Bird juga mempelopori lahirnya anak usaha baru seperti Golden Bird (dengan mobil Limousine), Silver Bird Executive, Big Bird dan usaha penyewaan mobil. Semua anak usaha tersebut dikembangkan berdasarkan ragam kebutuhan masyarakat akan jasa taksi, misalnya ada seseorang yang suka menggunakan taksi yang mewah, ada yang membutuhkan taksi dengan kapasitas muatan yang banyak serta berbagai kebutuhan lainnya.
Selama beberapa dekade belakangan ini, Blue Bird telah menjadi salah satu perusahaan penyedia jasa transportasi umum terbaik di Indonesia. Dengan komitmen dan konsisten untuk memberikan pelayanan terbaik, saat ini Blue Bird telah berkembang pesat dengan lebih dari 13.000 armadanya yang tersebar di beberapa kota besar di Indonesia.
Perjuangan dari seorang sosok wanita hebat seperti Mutiara Siti Fatimah Djokosoetono sepertinya sangat layak untuk dijadikan contoh serta inspirasi para pemuda dan wanita Indonesia saat ini. Dengan keyakinan diri serta kerja keras, beliau membuktinya hanya dengan modal yang tidak seberapa besar pun kita bisa menuai kesuksesan luar biasa. Keyakinan dan keberanian dalam melulai sesuatu usaha menjadi poin penting yang di ajarkan oleh sosok Mutiara Siti Fatimah Djokosoetono.
Kini Blue Bird telah dikenal sebagai salah satu bisnis transportasi yang sukses di Indonesia. Blue Bird menjadi brand taksi pertama yang menggunakan sistem argometer dan radio komunikasi pada kendaraan ber-AC. Bukan hanya itu, Blue Bird juga mempelopori lahirnya anak usaha baru seperti Golden Bird (dengan mobil Limousine), Silver Bird Executive, Big Bird dan usaha penyewaan mobil. Semua anak usaha tersebut dikembangkan berdasarkan ragam kebutuhan masyarakat akan jasa taksi, misalnya ada seseorang yang suka menggunakan taksi yang mewah, ada yang membutuhkan taksi dengan kapasitas muatan yang banyak serta berbagai kebutuhan lainnya.
Selama beberapa dekade belakangan ini, Blue Bird telah menjadi salah satu perusahaan penyedia jasa transportasi umum terbaik di Indonesia. Dengan komitmen dan konsisten untuk memberikan pelayanan terbaik, saat ini Blue Bird telah berkembang pesat dengan lebih dari 13.000 armadanya yang tersebar di beberapa kota besar di Indonesia.
Perjuangan dari seorang sosok wanita hebat seperti Mutiara Siti Fatimah Djokosoetono sepertinya sangat layak untuk dijadikan contoh serta inspirasi para pemuda dan wanita Indonesia saat ini. Dengan keyakinan diri serta kerja keras, beliau membuktinya hanya dengan modal yang tidak seberapa besar pun kita bisa menuai kesuksesan luar biasa. Keyakinan dan keberanian dalam melulai sesuatu usaha menjadi poin penting yang di ajarkan oleh sosok Mutiara Siti Fatimah Djokosoetono.
0 Response to "Kisah Perjuangan Pendiri Blue Bird dia Adalah Mutiara Siti Fatimah Djokosoetono"
Post a Comment